Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

  • Selamat Datang di Toko Gapura Pustaka Cepat Murah dan Bersahabat
Beranda » Blog » Kritik Puisi Dia yang Kunanti – Andini dari Komunitas Cahaya Pena Community

Kritik Puisi Dia yang Kunanti – Andini dari Komunitas Cahaya Pena Community

Diposting pada 8 Februari 2025 oleh admingapura / Dilihat: 249 kali / Kategori:
Kritik Puisi

Kritik Puisi

Dia yang Kunanti

Di tepian rindu yang tak bertepi,
kutunggu hadirmu tanpa lelah.
Bagai senja menanti fajar kembali,
meski gelap merayap dengan resah.

Kau adalah angin yang berhembus pelan,
membawa harapan dalam sunyi.
Meski langkahmu tak kunjung datang,
aku tetap setia di sini menanti.

Malam bertanya, kapan kau tiba?
Bintang pun redup tanpa jawab.
Namun hatiku tak goyah jua,
karena namamu terpatri erat.

Jika takdir mengizinkan kita bersua,
akan kupeluk waktu yang tersisa.
Sebab kau adalah yang kunanti,
cinta yang kusemat selamanya.

Pasaman, 5 Februari 2025

BACA JUGA: Kritik Puisi Bersemi di Matamu – Dian Wulan dari Perkumpulan Anak Literasi

KRITIK PUISI

Puisi berjudul Dia yang Menanti ditulis oleh Andini dari Komunitas Cahaya Pena Community  dengan sabar menantikan kehadiran seseorang yang sangat berarti. Penantian ini digambarkan dengan menggunakan citraan alam, seperti senja yang menanti fajar. Makna puisi ini adalah kesetiaan dan harapan yang tak pernah pudar, meskipun dalam ketidakpastian.

Dari penggunaan Majas ini, Kak Andini menggunakan Majas Simile pada Bait 1 “Bagai senja menanti fajar kembali”. Majas ini membandingkan penantian penyair dengan penantian senja akan fajar. Ini memberikan gambaran yang kuat tentang kesabaran dan harapan yang terus menyala.

Sementara itu, pada bait 2 menggunakan Majas Metafora pada lirik “Kau adalah angin yang berhembus pelan”. Majas ini menggunakan angin sebagai metafora untuk kehadiran orang yang ditunggu. Angin yang berhembus pelan memberikan kesan lembut, halus, namun tetap terasa.

Terakhir, menggunakan Majas Personifikasi pada Bait 3 dengan lirik “Malam bertanya, kapan kau tiba?”. Majas ini memberikan sifat manusia pada malam yang bertanya. Ini menciptakan kesan dramatis dan memperkuat perasaan rindu penyair.

BACA JUGA: Kritik Puisi Ke’renjana’an – Abd Razzaq dari Goresan Tinta Pemula

Sementara itu, pemilihan kata dalam puisi ini sangat tepat dan puitis. Kata-kata seperti “tepian rindu,” “tanpa lelah,” “sunyi,” dan “terpatri erat” menciptakan suasana yang mendalam dan penuh emosi. Diksi yang digunakan mampu membangkitkan perasaan rindu dan setia dalam diri pembaca.

Secara keseluruhan, puisi “Dia yang Kunanti” adalah puisi yang indah dan menyentuh hati. Penggunaan majas, diksi, dan citraan yang tepat mampu membangkitkan emosi dan imajinasi pembaca. Struktur puisi yang teratur juga memudahkan pembaca untuk memahami dan menikmati puisi ini.

Mungkin ada beberapa kata atau frasa yang bisa dieksplorasi lebih lanjut untuk memberikan kesan yang lebih kuat. Namun, secara keseluruhan, puisi ini telah berhasil menyampaikan pesan tentang penantian dan kesetiaan dalam cinta dengan sangat baik.

Bagikan ke

Kritik Puisi Dia yang Kunanti – Andini dari Komunitas Cahaya Pena Community

Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama memberikan komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Kritik Puisi Dia yang Kunanti – Andini dari Komunitas Cahaya Pena Community

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah:

Chat via Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Marketing
● online
Marketing
● online
Halo, perkenalkan saya Marketing
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja